Problematika, Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Psikologi Agama Dalam Islam

Trendilmu.com – Halo bertemu lagi dengan trendilmu.com salah satu situs penyedia informasi terbaik yang sangat layak dibaca. Pada kesempatan kali ini kita membahas artikel yang berjudul Problematika, Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Psikologi Agama Dalam Islam.Mari kita simak penjelasan lengkap dibawah ini.

Baca juga tentang

Problematika Pendekatan Psikologi Agama Dalam Islam

Tokoh yang dianggap paling berjasa dalam melahirkan psikologi agama adalah Edwin Diller Starbuck, William James dan James H. Leuba. Mereka ini adalah orang-orang non muslim dan orang Barat. Setiap pendekatan mempunyai manfaat dan problematika, begitu juga dengan pendekatan psikologi agama yang mereka pelopori, banyak memberikan manfaat dan solusi dalam memecahkan berbagai problema, terutama dalam hal yang menyangkut persoalan kejiwaan yang berkaitan dengan masalah agama, dengan kata lain, bagaimana pengaruh keberagamaan terhadap proses dan kehidupan kejiwaan sehingga terlihat dalam sikap dan tingkah laku lahir ( sikap dan tindakan serta cara bereaksi) serta sikap, dan tingkah laku batin ( cara berfikir, merasa atau sikap emosi)[1]

Dengan demikian, psikologi agama dapat dimanfaatkan oleh umat Islam untuk memberikan penjelasan ilmiah terhadap berbagai problema dan dapat pula dipakai untuk meningkatkan sumber daya manusianya. Setidaknya, psikologi agama dapat digunakan sebagai alat analisis untuk membedah berbagai permasalahan yang dihadapi umat Islam, seperti masalah kepatuhan pada aturan Allah, keterbelakangan pendidikan, dan sebagainya. Permasalahan tersebut dapat dianalisis dengan psikologi agama.

Walaupun demikian, disadari sepenuhnya bahwa sebagai ilmu yang dibangun dan dikembangkan dalam masyarakat dan budaya Barat, maka sangat mungkin kerangka pikir psikologi agama ini dipenuhi dengan pandangan-pandangan atau nilai-nilai hidup masyarakat Barat. Kenyataan yang sulit dibantah adalah psikologi lahir dengan didasarkan pada paham-paham masyarakat Barat yang sekularistik. Tak jarang kita temui pandangan-pandangan psikologi berbeda bahkan bertentangan dengan pandangan Islam.[2]

Adapun problematika atau permasalahan yang mungkin timbul dengan digunakan psikologi agama dalam mengkaji Islam adalah tentang konsep-konsep psikologi agama yang memiliki kekurangan dan keterbatasan bahkan mungin dapat menimbulkan bias yang sangat besar, karena sering kali mereduksi Islam ke dalam pengertian-pengertian yang parsial dan tidak utuh. Selain itu, kerena titik berangkatnya pembahasan ini adalah konsep psikologi, sehingga sering kali membuat kita terjebak, yaitu memandang persoalan lebih berangkat dari pemahaman terhadap psikologi dari pada Islamnya. Dengan demikian alangkah baiknya jika kita membangun suatu konsep psikologi yang berdasarkan pada Islam dengan merujuk kepada al-Qur’an dan al-Hadis.

Pengkajian Psikologi Dalam Islam
Ilustrasi

Signifikasi Dan Kontribusi Pendekatan Psikologi Agama Islam

Pada zaman sekarang ini banyak terjadi fenomena seperti adanya bunuh diri bersama di negara Jepang dan beberapa negara lainnya, fenomena pergaulan bebas (free sex), tingginya tingkat pencurian motor, pembunuhan tanpa perasaan bersalah (mutilasi), bahkan fenomena-fenomena yang bersampul agama Islam sekalipun, seperti kasus bom bunuh diri yang dilakukan oleh umat Islam, perusakan tempat-tempat hiburan di Jakarta, beberapa tahun yang lalu dan sebagainya. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi terjadinya fenomena tersebut? Hal ini tentu tidak dapat lagi sepenuhnya dikaji dengan pendekatan teologis-normatif semata. Maka disinilah metode dan pendekatan-pendekatan lainnya mengambil peran penting, termasuk psikologi, khususnya psikologi agama[3]

Pendekatan psikologi agama mempunyai peranan penting dan memberikan banyak sumbangan dalam studi Islam. Psikologi agama berguna untuk mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, difahami, dan diamalkan seseorang muslim, misalnya kita dapat mengetahui pengaruh dari ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah lainnya dalam kehidupan seseorang.[4]

Psikologi agama juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan dan menanamkan ajaran agama Islam ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efesien dalam menanamkan ajaran agama Islam, baik untuk masa sekarang, maupun dimasa yang akan datang. Itulah sebabnya pendekatan psikologi agama ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan sikap keberagamaan seseorang. Dengan demikian seseorang akan memiliki tingkat kepuasan tersendiri dalam agamanya, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan agama.[5]


Nah begitulah pembahasan artikel kali ini tentang Problematika, Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Psikologi Agama Dalam Islam. Semoga Bermanfaat





[1]  Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Grafindo Persada, 2001), h. 39

[2]  Abdul Syani,psikologi Dan Perubahan Masyarakat, (Lampung: Pustaka Jaya, 1995),h2
[3]  Tim MGMP, psikologi SUMUT, (Medan: Kurnia, 1999), h. 3
[4] Steven K. Sanderson, Sosiologi Makro, Terj. Sahat Simamora, (Jakarta : Bina Aksara, 1984), h. 253
[5] Stepen K. Sanderson, Sosiologi Makro, Edisi Indonesia, Ter. Hotman M. Siahaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 2.

0 Response to "Problematika, Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Psikologi Agama Dalam Islam"

Post a Comment

Iklan Bawah Artikel