Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Menggunakan Kontrasepsi
Darmayanti, dkk (2009), mengemukakan terdapat beberapa faktor penyebab PUS tidak menggunkaan menggunakan kontrasepsi ditinjau dati berbagai segi, yaitu: ketersediaan alat kontrasepsi, penyampaian konseling, hambatan budaya, alasan fertilitas, masalah kesehatan, efek samping KB, pasangan menolak untuk ikut KB dan kondisi sosial ekonomi.
Menurut Palarto dan Kusumaningsih (2008), terdapat beberapa yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi, yaitu: jenis kontrasepsi, pasangan usia subur, umur istri, jumlah anak, tingkat kesejahteraan keluarga, jamkesmas, tingkat pendidikan, dukungan pasangan dan pengaruh agam.
Berikut ini akan membahas lebih lanjut tentang variabel yang diangkat oleh peneliti
1. Konseling
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) merupakan satu step yang tidak boleh ditinggalkan bidan dalam asuhan kebidanan khususnya pelayanan keluarga berencana. Konseling kontrasepsi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga akseptor dapat menentukan sendiri pilihan kontrasepsi yang akan digunakannya (Estiwidani, dkk, 2010).
Interaksi yang efektif antara dan penyedia layanan adalah interaksi yang dapat membuat klien merasa puas dengan pilihan metode kontrasepsi mereka dan dengan bagaimana mereka diperlakukan, dan pulang dengan pengetahuan yang cukup untuk dapat menggunakan metode secara aman dan efektif. Konseling yang baik mendorong komunikasi terbuka yang berujung pada pemilihan kontrasepsi (Pendit, 2007).
Tujuan umum dilakukannya konseling adalah agar tercapai peningkatan kualitas pelayanan kontrasepsi. Dari penelitian-penelitian yang pernah diadakan, seseorang yang memilih sendiri cara kontrasepsi yang akan digunakannya akan menggunakannya untuk jangka waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan konseling pada pelayanan keluarga berencana (Sulistyawati, 2012).
Mendidik individu dan pasangan mengenai ragam metode yang tersedia serta memberikan informasi tentang keamanan dan cara pemakaian metode-metode tertentu merupakan bagian penting setiap program KB. Aktifitas informasi, edukasi, dan komunikasi (IEK) di tingkat local, termasuk konseling berperan penting dalam keberhasilan suatu program dan sangat berkaitan dengan penyediaan pilihan metode-metode yang sesuai (WHO, 2008).
Hasil penelitian Darmayanti, dkk (2009), menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang implant pada wanita usia subur sebelum dan sesudah penyuluhan dengan nilai p-value 0,000. Berbeda dengan sebelumnya hasil penelitian Febri, dkk (2009), menunjukkan tidak ada hubungan antara pelayanan konseling dengan penggunaan implant dengan p-value 0,352.
2. Dukungan Suami
Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung yang teroganisir dalam satu unit dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu, yakni fungsi-fungsi keluarga atau tujuan-tujuan. Jadi dalam sebuah keluarga dikembangkanlah nilai-nilai dengan keyakinan tertentu yang dimiliki, sebagai ketentuan bagi anggotanya (Hamilton, 2002).
Hamilton (2002), juga mengemukakan bahwa kebutuhan dasar manusia merupakan sumber kekuatan yang mendorong kearah tujuan tertentu secara disadari maupun tidak disadari. Dorongan itu disebut dengan motivasi, motivasi bias timbul dari dalam individu itu sendiri maupun yang datang dari lingkungan sekitarnya khususnya dukungan suami atau keluarga terdekat.
Dukungan sosial keluarga dapat berupa dapat berupa dukungan sosial suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal. Dukungan sosial eksternal bagi kaluarga inti (dalam kerja jaringan sosial keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga inti itu sendiri (Friedman, 1998).
Caplan dalam Friedman (1998), keluarga memiliki delapan fungsi suportif, termasuk dukungan informasional (keluarga berfungsi sebagai kolektor dan seminator informasi tentang dunia, dukungan penilaian (keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber validator identitas anggota), dukungan instrumental (keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit) dan dukungan emosional (keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi).
Ninuk dalam Subagio, A (2012), menyebutkan bahwa bentuk dukungan yang diberikan oleh suami yaitu dukungan emosional mencakup empati, keperdulian dan empati kepada orang lain, dukungan peghargaan yaitu dorongan maju untuk persetujuan atas gagasan dan perbandingan positif orang tersebut dengan orang lainnya, dukungan instrumental mencakup bantuan langsung dan dukungan informatif mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan, informasi serta petunjuk.
Dukungan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita sebagai istri secara khusus, dan didalam keluarga secara umum. Budaya menjadikan pria kepala keluarga yang masih banyak di anut sebagian pola keluarga didunia menjadikan preferensi suami terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuan nya terhadap program KB akan sangat berpengaruh terhadap keputusan didalam keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB tertentu. Sehingga didalam beberapa penelitian, variabel penolakan atau persetujuan dari suami terbukti berpengaruh terhadap KB dalam rumah tangga (Survei Demografi Kesehatan Indonesia/SDKI, 2007).
Partisipasi pria secara langsung adalah sebagai peserta KB pria dengan menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan, seperti alat kontrasepsi kondom, vasektomi atau kontap pria, metode senggama terputus atau metode pantang berkala atau sistem kalender. Sedangkan partisipasi pria secara tidak langsung adalah mendukung dan memberikan kebebasan pada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau metode KB, adapun dukungannya meliputi memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi mencari kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan, kondisi istrinya, membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti mengingatkan istri untuk kontrol, membantu mencari pertolongan apabila terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi, mengantar istri ketempat pelayanan kesehatan, mencari alternatif jika terbukti alat kontasepsi yang sedang digunakan tidak memuaskan atau tidak nyaman dan membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang berkala (Suryono, 2008).
Peran suami dalam KB antara lain sebagai lain sebagai peserta keluarga berencana dan mendukung pasangan menggunakan alat kontrasepsi. Sedang dalam kesehatan reproduksi antara lain membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan hamil, merencanakan persalinan aman oleh tenaga medis, menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis, membantu perawatan ibu dan bayi setelah persalinan, menjadi ayah yang bertanggung jawab, mencegah penularan penyakit menular seksual, menghindari kekerasan terhadap perempuan, serta tidak bisa gender dalam menafsirkan kaidah agama (Anonim, 2010).
Kaushik (2009), dalam penelitiannya di India menunjukkan bahwa penerimaan suami terhadap KB berpengaruh signifikan terhadap kejadian ketidak inginan ber KB, begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh litbang BKKBN di Indonesia pada tahun 2004.
Casterline dan koleganya pada penelitian yang dilakukan di Filipina juga menemukan kesimpulan yang sama, mengenai hubungan antara penerimaan suami terhadap KB. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Bongaart dan Bruce (1995) serta Wesstoff dan Bankole (1995) (Isa, 2009).
auto insurance, auto insurance quotes, auto insurance companies, auto insurance florida, auto insurance quotes online, auto insurance america, auto insurance comparison, auto insurance reviews, auto insurance calculator, auto insurance score, auto insurance quotes, auto insurance companies, auto insurance florida, auto insurance quotes online, auto insurance america, auto insurance comparison, auto insurance reviews, auto insurance calculator, auto insurance score, auto insurance ratings
0 Response to "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Menggunakan Kontrasepsi"
Post a Comment